Pengalaman Perantau Asal Papua dalam Mengomunikasikan Identitas Kulturalnya di Kota Bandung
Abstract
Kecemasan berkomunikasi adalah kecemasan yang paling besar yang dialami oleh sesorang yang memasuki budaya baru terutama menyangkut identitas kultural yang mereka bawa dari daerah asal. Seperti halnya para mahasiswa asal Papua yang merantau di Kota Bandung membawa identitas kulturalnya seperti dialek atau aksen, warna kulit dan rambut yang memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Sangat wajar apabila mereka mengalami kesulitan bahkan tekanan mental ketika mereka berinteraksi dengan orang lain yang berbeda budaya. Bentuk atau cara dan pengalaman mereka mengkomunikasikan identitas kulturalnya pun berbeda-beda. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menggali lebih jauh perbedaan-perbedaan pengalaman tersebut melalui pendekatan fenomenologi dengan mewawancarai secara mendalam 10 orang mahasiswa asal Papua di Kota Bandung sebagai subyek penelitian ini. Selanjutnya dianalisis menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian mengomunikasikan identitas kulturalnya dengan cara melihat situasi atau setting komunikasi yang memungkinkan mereka menggunakan dialek Papua yang biasanya terjadi ketika bertemu dengan sesama perantau asal Papua dan dalam situasi informal, memperhatikan kedalaman hubungan ketika ingin menggunakan dialeknya (lebih leluasa dan nyaman menggunakan dialeknya ketika berada pada tahap hubungan yang lebih akrab) dan sangat memperhatikan jenis kelamin (lebih leluasa menggunakan dialek jika berkomunikasi dengan sesama jenis kelamin). Pengalaman mereka dalam mengomunikasikan identitas kultural juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu perasaan malu (save face) dan khawatir (anxiety) akan ditertawakan oleh orang lain jika menggunakan dialek Papua.
Full Text:
PDFDOI: http://dx.doi.org/10.25008/pknk.v2i01.198
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Prosiding Konferensi Nasional Komunikasi
Indexed by:
View My Stats